Ini nih tugas B.Indonesia. disuruh bikin cerpen..
Aku Tak Mau Pulang
(Lia
Siti Aulia)
Tepat pukul 06.30. Kami semua telah berkumpul di suatu gang
kecil, tempat yang telah ditentukan
sebelumnya. udara pagi begitu dingin terasa menusuk pori-pori kulit, kabut
putih menyelimuti seiisi kota. Suasana jalan raya yang tampak masih lengang
jauh dari keramaiian. Tak telihat para
karyawan pabrik yang berbondong-bondong memasuki angkutan umum dan tak terlihat
pula para pelajar dengan jinjingan tas berisikan buku yang begitu tebal. Memang
ketika itu hari libur lebaran, mungkin orang -orang masih sibuk berkumpul
dengan keluarganya menikmati kebersamaan silaturahmi. Tidak lama kami menikmati sejuknya pagi hari. Udara
panas mulai kami rasakan, debu-debu yang
berterbangan, dan asap kendaraan yang menggangu pernapasan dan sampah-sampah
yang berserakan. Oleh karena itu kami rindu akan alam, rindu akan hijaunya dedaunan
dan jernihnya air sungai. Kami pun berencana pergi menelusuri hutan-hutan mencari tempat yang bisa
melepaskan kejenuhan.
Lantunan do’a mengantarkan kami pergi,
pergi sejenak meninggalkan keramaian kota. Begitu jauh perjalanan kami, namun
itu tak masalah. Kampung demi kampung kami lalui, sapaan ramah orang-orang
disetiap perjalanan kami tanggapi. Memang benar warga Indonesia itu terkenal
dengan keramah tamahannya. Namun, menurutku zaman sekarang hanya segelintir
orang saja yang seperti itu. Mungkin orang-orang yang tinggal diperkampungan yang masih menjaga
budaya itu. Masyarakat diperkampungan
masih menjaga adat istiadat dan kekeluargaannya.
Sungguh bahagia ketika aku melihat ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak sedang
berkumpul di halaman rumah, mereka bercanda tawa begitu akrab, rumah-rumah yang
saling berjauhan, memiliki halaman luas namun tanpa batas. Tak seperti di kota setiap rumah dibatasi
dengan besi bahkan baja dan lain sebagainya.
“Mau
kemana neng” sapa salah satu warga
“Mau
ke air terjun bu ke hutan sana” jawab ku
“Oh
hati-hati ya neng”
“oh
iya bu, terimakasih. Mari!”
“iya”
Panasnya matahari membakar seluruh kulit kami, keringat
mulai bercucuran bukti kami berjalan kaki begitu jauh. Dikejauhan terlihat
hijaunya dedaunan.
Kami
semua berlari menghampirinya. Iya kami 8 gadis dan 2 laki-laki. Tia, Caca, Ami,
Helmi, Yuni, Anis, Ismi, Sri, Dani dan Heri kami semua adalah penjelajah alam
disetiap kesempatan kami semua sering menghabiskan waktu di alam. Dengan perbekalan seadanya kami siap
pergi ke alam bebas, siap dengan tas
dipunggung berisikan makanan ringan, air mineral dan peralatan shalat. hanya
itu saja yang kami bawa dan tak lupa sebuah kamera seadanya untuk mengabadikan
semua moment begitu bersahabatnya alam
dengan kita.
Udara sejuk mulai begitu terasa, kami
berlari menghampiri pepohonan, kami semua memasuki hutan. Burung-burung bernyanyi dan dedaunan pun menari-nari
seperti menyambut kedatangan kami. Sejenak kami beristirahat di bawah pohon bringin
yang begitu lebat, ada sekitar 2 km lagi
perjalanan yang harus kami tempuh menuju tempat tujuan. Setelah beristirahat dan
berselfi-selfi ria kami pun mulai melanjutkan perjalanan.
Suasana mulai sepi tak ada lagi rumah-rumah di setiap
perjalanan, tak ada suara kendaraan bermotor dan tak ada pula orang-orang.
Begitu sepi, hanya indahnya pepohonan dan rumput-rumput liarlah yang memanjakan
mata kami. Terjalnya perjalanan kami lalui bersama. Tidak ada lagi jalan aspal.
Tanjakan dan turunan membuat kaki kami lelah. Lumpur-lumpur mebuat sandal dan
sepatu kami menjadi lebih berwarna. Sesekali aku terjatuh seakan-akan tak kuat
untuk melanjutkan perjalanan, tapi rasa itu hilang ketika sahabat itu ada.
“Ayo
Tia sebentar lagi kita sampai, jangan menyerah ayo semangat” Ami menyemangati sambil mengulurkan sebelah
tangannya.
“Iya
ayo semangat” yang lain pun
menyemangati.
Aku
pun tersenyum dan kembali melanjutkan perjalanan.
Perjalanan terus kami nikmati, lembah
dan sungai kami lewati tak terasa gemericik jatuhnya senyawa hydrogen dan
oksigen yang bereaksi menjadi air terdengar pelan, perlahan kami dekati suara itu semakin
jelas dan jelas dan kemudian terlihat sungguh indah air terjun, dengan bebatuan
besar yang menghiasinya. Kami semua bersorak gembira, rasa lelah, kaki sakit
semua terbayar dengan keindahan ciptaan Tuhan. Namun ada sedikit kekecewaan
yang aku rasakan banyaknya sampah yang berserakan di tepi sungai, mungkin bekas
para wisatawan atau orang-orang yang mengakui dirinya sebagai pecinta alam.
Entahlah siapa dia. Kami mencoba membersihkannya dengan peralatan seadanya.
Aku pandangi keindahan air terjun,
mata tak mau berkedip dan aku hanya bisa berdiri memandanginya. “Hei ayo kita
duduk di batu besar sana, jangan berdiri terus dong pegel nih”
“o
oh iya ayo” jawabku.
Kaki
mulai melangkah memasuki dinginnya air jernih, batu-batu licin yang kadang kita
harus berhati-hati terhadapnya. Lengah
sedikit akibatnya bisa fatal, baju basah dan tentu apabila sedang menggendong
tas, tasnya basah dan isinya pun tentu ikut basah. Dan yang parah lagi tentu akan
ada luka yang membekas.
Kami letakan tas di atas batu besar,
teman-teman langsung meghampiri air yang jatuh begitu deras. Sedangkan aku
masih tertegun memandangi indahnya air terjun sungguh indah dengan pohon-pohon
besar disekelilingnya. “AKU TAK MAU PULANG”
tiba-tiba bibirku mengeluarkan sebuah kalimat itu.
“Tia
cepat kesini” Panggil yani sahabatku
“Enggak
mau ah dingin” Jawabku
“Ah
kamu gak seru, sini cepet kita foto-foto”
Karena
tidak mau meninggalkan moment yang begitu indah dan memang jarang sekali kami
temuai akhirnya aku pun mau menghampirinya dan berfoto-foto mengabadikan
kebersamaan kami dengan alam.
Waktu menunjukan pukul 12.00 shalat
dzuhur sudah waktunya. Kami memutuskan shalat di alam. Kami semua shalat
berjamaah saat itu begitu nikmatnya berdekatan dengan Allah di alam bebas. Angin
sepoi-sepoi dan suara burung yang berkicaun menambah keromantisan ini dengannNya.
Setelah banyak berfoto, menghabiskan
makanan ringan bersama bahkan bercerita-cerita di alam bebas bersama sahabat,
waktu pulang pun telah tiba sekitar pukul 13.00 WIB.
“Yuk
kita pulang mulai sore nih” kata Heri.
“Ih
nanti dong bentar lagi” Jawab Ismi
“Iya
nih masih betah aku gak mau pulang” Jawabku
“Gak
mau pulang? Mau nginep disini?”
“Ya
kalo memang memungkinkan yah pengen heheh” Jawabku bercanda
“Udah
ayo pulang” Ajak Dani sambil pergi meninggalkan air terjun.
“Ya
sudah ayo” Jawab kami kompak
Kaki ini kaku tidak mau melangkah,
perasaaan pun tidak enak entah apa yang akan terjadi. Aku masih terdiam di
tempat sedangkan teman-teman sudah mulai berjalan meninggalkan tempat yang
indah ini.
“Tia
ayo cepat” suara teriakan Ami
Aku
pun memaksakan kaki ini untuk melangkah, menghampiri teman-temanku.
Diperjalanan kami bercanda, bernyanyi dan tertawa bersama. Jalan terjal, naik
turun penuh lumpur pun kembali kami temui. Tapi ada sedikit berbeda dengan
jalan yang kami lewati. Sebelumnya kami
melewati suatu sungai yang jernih airnya. Namun, sungaai itu tak kami temui
setelah kami berjalan begitu jauh. Sungai itu lah yang menjadi tanda bahwa kami
sudah mulai memasuki perkampungan. Kami coba terus berjalan, namun tak kunjung
kami temui. Kami mencoba tenang, terus berdo’a dan menguatkan satu sama lain.
“Kok
sungai nya gak muncul-muncul sih” Kata Caca
“Jangan-jangan
kita tersesat” Kata Anis
“Sssst
ah jangan bilang gitu, kita kan belum nyampe pohon bringin. Nah kalo kita udah
nyampe pohon itu sungai pasti ada dan kalo sungai ada berarti kita nyampe ke
perkampungan, kalo udah nyampe ke perkampungan, nyampe deh ke kota dan kalo
undah nyampe kota kita nyampe deh ke rumah. Iya gak?”
“Tapi
kok kita udah jalan jauh banget sekarang udah jam 17.00 wib. Udah sore banget,
mana belum shalat ashar kan?”
“Teman-teman”
kata Dani
“Ada
apa Dan?” Jawabku
“Kita
bener-bener tersesat”
“Hah?
tersesat? Terus kita gimana? Masa nginep di hutan?”
“Bukannya
itu mau kamu yah? Katanya tadi bilang kamu gak mau pulang dan pengen nginep di
hutan. Sekarang kita beneran nginep di hutan. Puas?” Jawab Anis begitu sinis
kepada ku
“Tapi…”
Jawabku ragu
“Tapi
apa?” Anis menimpali
“Sudah-sudah
gak usah berantem, gak ada gunanya. Kita belum shalat asharkan? Sekarang kita
shalat dulu. Perbekalan air kalian masih ada kan? Wudlu nya pake air itu. Ayo
cepet.” Perintah Heri.
Kami
pun segera beribadah dan meminta pertolongan kepada Allah. Setelah shalat kami
hanya bisa terdiam dan berdo’a. kami tidak melanjutkan perjalanan karena jika
kita terus berjalan tanpa arah dan tujuan semakin jauh kita tersesat. Kami
semua berdoa.
Tepat pukul 17.30 wib.
“Sedang
apa kalian nak?”
“Kami
terseasat pak. Kami udah dari air terjun sana dan pas kami mau pulang ternyata
kami salah jalan pak. Tolong kami pak”
“Emang
rumah kalian di daerah mana?”
“Di
kota Mawar pak”
“Ya
sudah mari saya antarkan kalian, kebetulan saya sudah selesai tugas mau pulang
juga ke daerah itu” Jawab petugas hutan.
“Alhamdulillah
terimakasih banyak pak”
“Iya
sama-sama nak. Ayo”
Perasaan
kami begitu bahagia. Wajah kami mulai sumringah ketika petugas kehutanan datang
tak diduga. Setelah kami berdo’a inilah cara Allah menolong hambanya. Kami
pulang sampai rumah dengan selamat.
“Terimakasih
pak, semoga kebaikan Bapak di balas oleh Allah swt”
“Aamiin,
iya sama-sama, lain kali kalo mau kehutan lagi hati-hati yah ingat-ingat
jalannya. Jangan sampai tersesat lagi. Dan Bapak harap kalian bisa bantu Bapak
buat jaga hutan di Indonesia.”
“Iya
pak insyaAllah” Jawabku
Karena
Allah kita bisa selamat. Allah pun berfirman “…. Aku kabulkan permohonan orang
yang berdo’a kepadaKu. Hendaklah mereka
itu memenuhi (Perintah)Ku dan beriman
kepadaKu agar memperoleh kebenaran” (QS.AL-BAQARAH:186)
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar